Senin, 11 Juli 2011

JALAN - JALAN ARSITEKTUR NUSANTARA

PADEPOKAN DAN MAKAM  MBAH TOMO





Lokasi :
 Desa Kromengan – Sumberpucung Malang


Arsitektur Tropis
Arsitektur tropis merupakan salah satu cabang ilmu arsitektur yang mempelajari tentang arsitektur yang mempelajari tentang iklim dan cuaca, pada lokasi dimana massa bangunan atau kelompok bangunan berada serta dampak, tautan, ataupun pengaruhnya terhadap lingkungan sekitar yang tropis.
Bangunan dengan desain Arsitektur tropis memiliki cirri khas atau karakter menyesuaikan dengan kondisi iklim tropis, atau memiliki bentuk tropis. Arsitektur Tropis meliputi berbagai macam hal yang menyangkut desain bangunan atau kawasan yang berkarakter bangunan tropis, dengan pengaruh atau terhadap lingkungannya.
Syarat – syarat bangunan tropis :
·         View dn orientasi bangunan yang sesuai dengan standar tropis
·         Menggunakan bahan atau bagian pendukung kenyamanan pada kondisi tropis
·         Memperhatikan standar pengaruh bukaan terhadap lingkungan sekitar
·         Memiliki karakter atau cirri khas yang mengekspos bangunan sebagai bangunan tropis
 
            Padepokan Mbah Tomo menggunakan atap joglo. Padepokan ini banyak memiliki jendela – jendela kaca, dan sifat bangunan ini selalu tertutup, kemungkinan suhu ruangan menjadi panas sangat kecil, hal itu karena  Padepokan ini memiliki atap yang tinggi yang berfungsi sebagai pengurai suhu dalam ruangan, dan atap yang lebar dapat mencegah masuknya air hujan saat musim hujan tiba dan mampu melindungi bangunan dari panas dan terang yang berlebihan.


Arsitektur Yang Dapat Diwariskan


Ket : gambar konstruksi rumah joglo

·           Saka Guru
Joglo merupakan bangunan arsitektur tradisional Jawa, Joglo mempunyai kerangka bangunan utama, yang terdiri dari saka guru. Saka guru merupakan struktur utama pada bangunan Rumah adat Jawa yang lebih dikenal dengan Rumah Joglo. Saka guru adalah sebutan untuk tiang atau kolom atau pilar yang berjumlah 4 buah. Tiang ini terbuat dari jenis kayu dengan besaran yang berbeda-beda menurut pada beban yang menumpang diatasnya. Sakaguru berfungsi menahan beban diatasnya yaitu balok tumpang tumpang sari dan brunjung, molo,usuk,reng dan genteng.Saka guru berfungsi sebagai konstruksi pusat dari bangunan Joglo karena letaknya ditengah bangunan tersebut. Juru kunci tidak memperkenankan untuk mengambil gambar bagian dalam Padepokan, untuk itu penjelasan mengenai konstruksi mempergunakan bangunan yang hampir mirip sistem konstruksinya


Bagian atas sakaguru saling dihubungkan oleh penyambung / penghubung yang dinamakan tumpak dan sunduk. Posisi tumpang di atas sunduk. Dalam bahasa Jawa, kata sunduk berarti penusuk. Di bagian paling atas tiang saka guru inilah biasanya terdapat nenerapa lapisan balok kayu yang membentuk lingkaran – lingkaran bertingkat yang melebar kea rah luar dan dalam. Pelebaran le bagian luar ini dinamakan elar. Elar dalam bahasa Jawa berarti sayap. Sedangkan pelebaran ke bagian dalam disebut tumpang sari. Elar ini menopang bidang atap sementara tumpang sari menopang bidang langit – langit joglo ( pamidhangan ). Untuk selengkapnya dapat dijelaskan dengan gambar sebagai berikut :  



·         Tumpang Sari


Untuk lebih lengkapny, Berikut beberapa contoh gambar Tumpang Sari pada Rumah Joglo :





·         Pondasi Upak
Banyak Jenis pondasi yang dibuat oleh para perancang bangunan sejak jaman dahulu. Pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk menahan atau menopang beban berat diatasnya. Pada masyarakat jawa, nenek moyangnya meninggalkan sistim pondasi yang sangat sederhana. Kita mengenalnya dengan nama “Umpak”. Ciri khas dari pondasi ini adalah tampilan dan posisi pondasi yang berada diatas tanah bukan berada di dalam tanah. Pondasi ini dapat terlihat dengan mata telanjang. Pondasi Umpak sering digunakan pada Bangunan Tradisional jawa, yaitu joglo, Rumah Joglo dan Rumah Limasan. Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistim dan jenis pondasi ini samapi sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya .




·         Overstek

Ket : Konstruksi Overstek Padepokan Mbah Tomo, berfungsi melindungi bangunan dari panas dan air hujan secara langsung



PENGARUH BUDAYA

              Ketika akan memasuki padepokan, kita akan menjumpai sebuah gerbang. Gerbang ini merupakan penghubung antara lingkungan daripada Padepokan dengan masyarakat sekitar. 



Bentuk gerbang ini mendapat pengaruh dari Arsitektur Bali. Hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh daripada Agama Hindu yang berkembang di Bali. Gerbang ini terbuat dari batu Paras. Ukiran – ukiran yang rumit memberi nilai Arsitektural yang tinggi dan memberi nilai tambah dari gerbang tersebut.  Konon pengukir trsebut didatangkan langsung dari Bali ketika pembangunan padepokan tsb.


Ket : gambar detail gapura Padepokan Mbah Tomo
Terdapat 2 buah patung penjaga di bagian kanan dan kiri dari gerbang tsb. Hal ini menandakan patung tersebut dijaga oleh 2 orang penjaga. Dalam kepercayaan spiritual,  hal ini bertujuan untuk melindungi bagian dalam padepokan terhadap dari hal – hal yang buruk dari lingkungan luar padepokan tersebut.


Ket : Salah satu contoh gambar gapura di Bali

Nirupa Arsitektur Nusantara
Kesan religius sangat terasa dari Padepokan Mbah Tomo ini. Suasana angker sangat kuat di lingkungan Padepokan tersebut. Sangat jauh berbeda dengan suasana di luar Padepokan. Pohon – pohon yang tumbuh di lingkungan Padepokan sangat tidak terawat. Penambahan kain pada pohon ini menambah suasana seram dan angker bangunan tsb. Ada kesan megah yang muncul dari Padepokan ini. Luas bangunan yang sangat luas, serta dimensi dari bangunan ini sangat menonjol bila dibandingkan dengan keadaan bangunan di sekitar Padepokan tersebut.
Berikut beberapa gambar perbedaan antara Padepokan dengan Lingkungan di sekitarnya :
1.      Padepokan Mbah Tomo




2.      Lingkungan Sekitar Padepokan Mbah Tomo































Jumat, 01 Juli 2011

JALAN - JALAN ARSITEKTURAL


PENGALAMAN BERARSITEKTUR DI KLENTENG ENG AN KIONG MALANG
Jln. Martadinata – Malang

Kesan yang pertama muncul adalah warna merah yang ngejreng. Warna ini identik dengan Arsitektural negeri tirai bambu.
Permainan atap yang unik dan rumit begitu mengagumkan, pokoknya “CINA BANGET DECH”
saat memasuki area kelenteng, kesan sakral muncul dr aroma dupa yg dibakar. Di tempat ini merupakan tempat untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa.

Keberadaan patung 4 penjaga di atas pintu memberikan kesan kesakralan dr tempat tsb.
Galaknya ayah saya kalah am patung tsb. OH SERAM





Lanjut masuk ke dalam, merupakan tempat menyembah Dewa Bumi. Desain Interior ruang ini sangat mengagumkan, bnyak terdapat patung2 dewa yang melekat pada dinding ruangan tsb



Di sisi rung dalam terdapat kolam yang berhiaskan patung2 dewa dan naga. Patung ini tidak hanya bertujuan sebagai penghias ruangan namun juga ada sisi sejarah yang tersirat dalam patung tersebut.

Demikian pengalaman berarsitektur saya di kelenteng, karena keterbatasan waktu dan kamera jg minjem
Hahaha